Kamis, 04 Oktober 2012

IWAN FALS : THE ROLLING STONE INTERVIEW

[ARTIKEL] Manusia ½ Dewa dari Leuwinangung ini akhirnya bersedia bersaksi tentang kondisi negara, pencekalan, pendidikan di Indonesia, komunis, Munir, SBY serta album mutakhir 50:50 yang menjadi album keseimbangan tentang cinta dan sosial yang menjadi tanggung jawabnya. Oleh Adib Hidayat Saya satu diantara ribuan orang yang ikut menyemut di Lapangan Pancasila, Salatiga malam itu. Salatiga adalah sebuah kota di Jawa Tengah yang terletak diantara Semarang dan Solo, dikenal salah satunya karena ada Universitas Kristen Satya Wacana yang begitu dinamis saat itu. Dinamis berkat dosen berkualitas seperti Arief Budiman dan Ariel Heryanto yang kala itu masih mengajar di kampus itu. Rumah saya di daerah Suruh, sekitar 10 kilometer dari Salatiga. Saat itu bulan Maret tahun 1990. Lagu “Bento” dari Iwan Fals bersama kelompok Swami sedang menjadi hits, termasuk di kota kecil, dingin dan teduh seperti Salatiga. Dan malam itu Swami lengkap dengan Iwan Fals datang memberikan konser yang lebih mendekati semangat perlawanan daripada sebuah hiburan musik semata. Tahun 1990 Soeharto masih berkuasa penuh. Iwan Fals dan Swami memberikan “perlawanan” lewat lagu. Rombongan Swami yang datang dan siap “tempur” adalah Iwan Fals, Sawung Jabo, Naniel, Nanoe, Inisisri, W.S. Rendra, Setiawan Djody dan banyak lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar